Wednesday 19 April 2017

AUDIT BERKELANJUTAN VS AUDIT TRADISIONAL



Perbedaan antara keyakinan berkelanjutan (continuous assurance) dan konsep audit berkelanjutan (continuous audit) serta perbedaan keduanya dengan audit tradisional telah lama menjadi bahan diskusi, serta penelitian akademik, meskipun pada dunia praktik hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan. Alles  et al (2002) memberikan definisi audit berkelanjutan sebagai suatu aplikasi teknologi informasi modern terhadap produk audit standar, yang menjadi mandat pada opini audit tahunan atau audit internal terhadap pengendalian.

Continuous auditing as the application of modern information technologies to the standard audit products, be they the mandated annual audit opinion or internal auditing for control. 

Audit berkelanjutan hadir sebagai bentuk evolusi dari audit, karena lingkungan bisnis berubah kemudian perusahaan juga telah banyak yang beralih dari sistem pendokumentasian secara manual menjadi sistem pendokumentasian elektronik, maka manajemen perusahaan dan para auditor harus mencari dan menyesuaikan fungsi kerja mereka agar sesuai dengan data atau format data yang di miliki oleh perusahaan. Audit tradisional yang berbasis manual perlahan mulai digantikan dengan audit berkelanjutan, namun audit berkelanjutan masih terkendala dengan biaya dan teknologi. Berikut beberapa perbedaan antara audit tradisional dengan audit berkelanjutan.

Pada audit tradisional mengandalkan observasi langsung, terjunnya auditor untuk melakukan observasi memberikan peluang terjadinya variasi jasa audit yang dilakukan oleh auditor, perbedaan ketelitian perbedaan penilaian terhadap suatu permasalahan antara satu auditor dengan auditor lain, menyebabkan terjadinya variasi jasa antara auditor, akibat yang paling parah yaitu pada akhirnya pelaksanaan proses audit tidak menghasilkan solusi yang diharapkan terhadap permasalahan perusahaan. Audit tradisional mengalami kesulitan ketika melakukan pemeriksaan terhadap database sistem perusahaan, belum lagi periode audit yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu berakibat menumpuknya jumlah data yang diperiksa sehingga memperbesar risiko kelelahan serta kejenuhan pada auditor yang pada akhirnya berdampak pada kualitas jasa audit.

Dampak dari audit tradisional yang dilakukan pada rentang waktu tertentu mengakibatkan efektifitas pengendalian perusahaan naik, namun ketika tidak ada audit maka efektifitas pengendalian perusahaan akan kembali menurun. Hal tersebut jika digambarkan pada sebuah tren maka perusahaan tidak mengalami peningkatan kualitas untuk sisi efektifitas pengendalian perusahaan. Berikut adalah gambaran dampak audit tradisional terhadap efektifitas pengendalian.



Pada gambar terlihat bahwa setelah kunjungan audit pertama maka efektifitas pengendalian akan naik sesuai dengan harapan namun setelah itu efektifitas pengendalian akan kembali menurun dibawah harapan dan efektifitas pengendalian kembali naik sesuai harapan setelah ada kunjungan audit yang kedua, hal ini mengakibatkan efektifitas pengendalian perusahaan tidak menjadi lebih baik dari tahun namun hanya jalan di tempat.

Sistem pengendalian yang masih menggunakan audit tradisional pada umumnya lebih rentan terhadap risiko, karena jeda waktu audit satu dengan audit lainnya terpaut jauh maka beberapa perubahan data ataupun pengendalian tidak dapat terdeteksi oleh proses audit, terutama jika perusahaan telah mempunyai jejaring (network) otomatis maka perubahan-perubahan yang terjadi bisa berdampak besar terhadap perusahaan dan jejaringnya. Gambar berikut menunjukkan jeda waktu antar audit dan celah risiko perusahaan.


Sementara audit berkelanjutan menggunakan bantuan teknologi dalam proses dan prosedur audit sehingga mempermudah auditor, seperti misalnya dengan menggunakan standarisasi pada teknologi maka variasi jasa audit terhadap pengambilan sampel, ketelitian dan penilaian terhadap suatu data dapat diperkecil. Audit berkelanjutan menggunakan bantuan teknologi dalam proses dan prosedurnya dengan tujuan memperkecil variasi jasa dari auditor sehingga hasil yang diperoleh dari proses audit lebih seragam, mempunyai toleransi kesalahan yang jauh lebih kecil, serta dapat lebih awal mengidentifikasi kekeliruan pada sistem. Audit berkelanjutan juga sesuai untuk melakukan pemeriksaan untuk perusahaan yang telah beralih ke sistem dokumentasi elektronik seperti pemeriksaan terhadap tempat penyimpanan data (data storage) perusahaan, selain itu SAS telah memberikan panduan bagi auditor untuk melakukan audit transaksi dalam bentuk format elektronik pada SAS No. 80, sehingga nanti dalam perkembangannya audit berkelanjutan juga memungkinkan untuk melakukan audit waktu nyata (real-time).

Dampak dari audit berkelanjutan yang dilakukan secara terus menerus pada rentang waktu tertentu akan mengakibatkan efektifitas pengendalian perusahaan semakin naik, audit berkelanjutan yang menggunakan bantuan teknologi juga memungkinkan untuk melakukan audit dalam waktu nyata sehingga akan mempermudah pelaksanaan audit dan dampaknya meningkatkan efektifitas pengendaian perusahaan dari waktu ke waktu. Berikut adalah gambaran dampak audit berkelanjutan terhadap efektifitas pengendalian.


Gambar menunjukkan bahwa dengan menggunakan audit berkelanjutan maka perusahaan akan dapat meningkatkan efektifitas pengendalian perusahaan dari waktu ke waktu melalui berbagai cara seperti misalnya deteksi dini kegagalan pengendalian sehingga manajemen dapat mendeteksi permasalahan perusahaan lebih dini dan mencegah kegagalan berdampak lebih besar pada perusahaan. Hal ini tentunya akan berdampak baik bagi perusahaan secara umum. Bagi auditor, audit berkelanjutan akan memudahkan penyebaran beban kerja dan waktu pengerjaan audit yang lebih merata sehingga kinerja auditor menjadi lebih optimal dan efektif.

Audit berkelanjutan merupakan sebuah konsep untuk meminimalisir terjadinya risiko dengan mengandalkan deteksi dini, namun kendala dari audit berkelanjutan adalah pengujian berkali-kali terhadap sistem pengendalian yang sama, dan kemudian setelah pemeriksaan auditor membandingkan perbedaan yang terjadi antara satu periode audit dengan periode audit lainnya secara manual. Gambar berikut menunjukkan audit berkelanjutan meminimalisir risiko dan melakukan deteksi dini terhadap risiko.


Kesimpulan:

Audit tradisional masih sering terdapat variasi jasa audit karena banyak melibatkan penilaian dari manusia yang nantinya akan berpengaruh pada kualitas audit. Jeda waktu pelaksanaan audit tradisional mengakibatkan pengendalian yang ada pada perusahaan tidak dapat berfungsi secara optimal karena pengendalian perusahaan akan menjadi lebih baik kinerjanya setelah pelaksanaan audit, setelah itu kinerja dari pengendalian akan kembali menurun. Jeda waktu yang terlalu lama juga berpengaruh kepada kerentanan risiko pada pengendalian perusahaan, jeda antar periode audit yang lama memberikan peluang untuk terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan.

Audit berkelanjutan banyak melibatkan bantuan teknologi sehingga dapat memperkecil variasi jasa audit serta mempersingkat waktu pelaksanaan audit namun kualitas audit menjadi lebih efektif dan optimal dalam waktu yang lebih singkat. Jeda waktu pelaksanaan audit berkelanjutan mengakibatkan pengendalian yang ada pada perusahaan menjadi lebih optimal karena audit berkelanjutan melakukan pengujian terus menerus terhadap pengendalian perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan deteksi dini jika terjadi kegagalan pengendalian sehingga seiring dengan waktu pengendalian perusahaan menjadi lebih baik. Jeda waktu audit berkelanjutan yang pendek dan frekuensi pemeriksaan yang sering akan meminimalisir risiko yang terjadi sehingga dampak dari risiko yang terjadi dapat dicegah terlebih dahulu sebelum menyebar ke jaringan perusahaan yang lebih luas. Berikut gambar yang menunjukkan perbedaan antara audit tradisional dan audit berkelanjutan.


No comments:

Post a Comment