Kemajuan teknologi telah merubah praktik industri dan perusahaan secara drastis, sebagai contoh beberapa laporan yang berkaitan dengan data-data telah dapat ditampilkan dalam waktu nyata (real time) seperti misalnya saldo rekening, jumlah persediaan, dan sebagainya. Teknologi telah membantu dalam berbagai kegiatan internal perusahaan agar perusahaan dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Namun sayangnya teknologi masih belum membawa perubahan drastis pada audit, pada umumnya proses audit masih mempunyai permasalahan tentang pelaksanaan audit yang hanya terjadi setahun sekali, dan mencakup data yang sangat banyak, serta data audit harus menelusur jauh ke belakang (masa lalu) untuk sebuah transaksi.
Audit berkelanjutan (continuous audit) mulai diperkenalkan sebagai salah satu solusi teknik audit berbantuan teknologi untuk menangani permasalahan tersebut. Model audit berkelanjutan pertama kali dikembangkan oleh AT&T Bell Laboratories pada tahun 1989 untuk mengevaluasi sistem penagihan (billing) pada perusahaan, kemudian audit berkelanjutan berevolusi dan semakin banyak perusahaan yang mengadopsinya.
AICPA pada tahun 1999 memperkenalkan tentang audit berkelanjutan, AICPA memberikan definisi audit berkelanjutan sebagai sebuah metode audit yang memungkinkan auditor independen memberikan penjaminan atau keyakinan (assurance) tertulis untuk sebuah permasalahan yang menjadi tanggung jawab manajemen melalui serangkaian penerbitan laporan audit secara berkala dengan atau pada jangka waktu yang pendek setelah terjadinya sebuah peristiwa pokok yang menjadi permasalahan.
A continuous audit is a methodology that enables independent auditors to provide written assurance on a subject matter, for which an entity’s management is responsible, using a series of auditor’s reports issued virtually simultaneously with, or a short period of time after, the occurrence of events underlying the subject matter. (CICA/AICPA, 1999)
Menurut Institute of Internal Auditors (The IIA) Global Technology Audit Guide (GTAG 3) definisi dari audit berkelanjutan adalah semua metode yang digunakan oleh auditor untuk melakukan audit yang berkaitan dengan aktivitas (termasuk pengendalian dan penilaian risiko) secara berkelanjutan (dilakukan tanpa gangguan) atau terus menerus (dilakukan periodik dan berulang-ulang).
Continuous auditing is defined as any method used by auditors to perform audit - related activities (including control and risk assessments) on a more continuous (occurring without interruption) or continual (occurring at repeated intervals.) basis.
Dari beberapa pengertian sebelumnya maka bisa disimpulkan bahwa tujuan dari audit berkelanjutan adalah menyediakan laporan audit dalam jangka waktu nyata (real time) atau mendekati waktu nyata dengan bantuan teknologi pada implementasi audit berkelanjutan.
Beberapa riset menunjukkan bahwa perubahan teknologi membawa dampak terhadap proses audit, seperti Alles, Kogan, and Vasarhelyi (2002) yang membahas tentang kemunculan permintaan secara ekonomik pada penyediaan jasa penjaminan atau assurance sebagai hasil tindak lanjut dari audit-berdasar-permintaan (audit-on-demand). Alles, Brennan, Kogan, and Vasarhelyi (2006) memperluas lingkup audit berkelanjutan dengan membagi dua yaitu pemantauan pengendalian berkelanjutan atau continuous control monitoring (CCM) dan penjaminian data berkelanjutan continuous data assurance (CDA), dari penelitian juga menunjukkan bahwa banyak fungsi dari audit internal yang dapat diotomatisasi sehingga lebih menghemat biaya, mendorong penambahan frekuensi audit internal dan membebaskan staf audit dari tugas yang membutuhkan penilaian secara manual (human judgement).
Audit berkelanjutan terdiri dari pengumpulan indikator dan bukti audit terotomatisasi oleh auditor internal atau auditor eksternal dari transaksi, proses, pengendalian, dan sistem IT perusahaan pada frekuensi periode waktu tertentu atau berkelanjutan. Informasi yang didapat akan memudahkan auditor untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, dan peraturan. Audit berkelanjutan dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini untuk mendeteksi kegagalan pengendalian lebih cepat dibanding audit dengan pendekatan tradisional.
Audit berkelanjutan berbeda dengan pemantauan berkelanjutan (continuous monitoring), pengertian dari pemantauan berkelanjutan adalah mekanisme umpan balik otomatis bagi manajemen untuk memastikan pengendalian dan sistem telah beroperasi sesuai dengan desain dan proses transaksi telah sesuai. Manajemen dapat menggunakan informasi tersebut untuk menyusun peraturan baru pada bisnis atau pengujian baru, dengan menggunakan analisa untuk mengidentifikasi selisih (gap) kinerja atau transaksi tidak biasa yang dapat menjadi indikasi terjadinya kegagalan pengendalian. Pemantauan berkelanjutan bermanfaat untuk memberikan manajemen sudut pandang lebih luas terhadap perusahaan, meningkatkan kemampuan pengendalian dan pengendalian tingkat awal tanpa mengurangi kinerja optimal perusahaan. Berikut penggambaran dalam skema:
Saat ini telah banyak perusahaan menerapkan sistem enterprise resource planning (ERP) yang berbasis pada pengaturan pengendalian secara luas, pengelolaan data melalui database relasional dan melalui komposisi tabel yang kompleks, tabel dengan multi-dimensi dengan relasi satu sama lain, agar perusahaan lebih mudah dan lebih cepat pada proses pembuatan laporan. Hal ini berakibat pengguna sistem yang mempunyai otoritas tinggi dapat dengan mudah melakukan akses, perubahan hingga penghapusan. Untuk mencegah hal tersebut perusahaan membutuhkan jasa penjaminan atau assurance terutama untuk kerumitan pada struktur pengendalian, kepatuhan pengendalian, dan data.
Kesimpulan:
Audit berbantuan teknologi telah berkembang untuk memudahkan auditor dalam pekerjaannya, supaya dapat memberikan laporan lebih cepat dan akurat. Salah satunya dengan audit berkelanjutan (continuous audit), audit berkelanjutan memiliki konsep bahwa laporan audit harus dapat ditampilkan secara waktu nyata (real time) dengan bantuan teknologi.
Audit berkelanjutan berbeda dengan pemantauan berkelanjutan (continuous monitoring) terutama untuk tujuannya, pemantauan berkelanjutan bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangkap peluang, memantau kekurangan sistem internal perusahaan, memberikan pandangan menyeluruh terhadap sistem perusahaan untuk membantu manajemen mengembangkannya. Sementara itu audit berkelanjutan lebih bertujuan untuk mencetak laporan audit baik itu untuk audit internal maupun audit eksternal.
No comments:
Post a Comment